ayah & anak perempuannya

Posted by praftiwi on Tuesday, October 25, 2011

Jika pintu kemana saja itu benar-benar ada, sekarang yang paling ingin kudatangi bukan Yunani, bukan Paris, bukan Jepang, Maroko, Istanbul, Mediterania, ataupun gurun pasir. Tempat yang sangat ingin kudatangi saat ini adalah rumahku. Bagaimana harus aku mengungkapkan bahwa aku benar-benar homesick sekarang.

Aku rindu pada sosok yang paling berpengaruh di rumah. Aku sangat rindu ayah. Ayah… aku sayang ayah.

Aku rindu tentang bagaimana ayah akan menggenggam kuat tanganku saat aku jalan bersamanya sewaktu kanak-kanak. Aku rindu tentang bagaimana ayah menggendong memindahkanku ke kamar saat aku terlelap depan TV sewaktu kecil. Aku rindu teringat bagaimana ayah memarahiku saat aku lupa mengunci pintu atau jendela kamarku sendiri ketika hendak tidur setelah beranjak remaja. Dan aku rindu mengingat betapa khawatirnya ayah jika senja tiba sedang aku belum berada di rumah.

Teringat akan kasih sayangnya membuatku tidak bisa untuk tidak menjunjung tinggi nasehat-nasehatnya. Ya, tiada hari bersama ayah tanpa nasehat. Tahukah kalian apa salah satu nasehat yang paling sering ayah sampaikan kepadaku? Tentang Pernikahan.  Haha, coba tebak sejak kapan ayah mulai menasehatiku soal pernikahan? Masih kecil, masih terlalu kecil menurutku. Bahkan jangan-jangan saat aku baru keluar dari rahim ibuku ayahku sudah membayangkan bagaimana jika anaknya itu menikah, hahaha…..

Ayah ingin aku menikah muda. Ayah akan selalu cerita bahwa usia ibuku saat dia menikahinya adalah 22.  Dia meminta anak-anak perempuannya untuk menikah seusia itu juga. Ntahlah sepertinya dia bangga sekali menikahi gadis berusia 22 itu, ckckck.

Ayah telah menetapkan MoU tidak tertulis yang harus disepakati bahwa tidak ada anak perempuannya yang diperbolehkan menempuh S-2 sebelum menikah. MoU itulah yang dulu membuatku bersikeras harus bisa menjadi penerima beasiswa monbukagakusho sebab aku sangat ingin kuliah ke luar negri, kalo pakai biaya sendiri tentu ayah tidak sanggup, dan kalo untuk pendidikan setelah S-1 itu berarti harus memikirkan persetujuan seseorang dimasa depan nanti (iya kalo orang itu mengizinkan).

Jika aku menceritakan alasanku mengincar monbusho itu, teman-temanku akan tertawa. “haha… ayahmu khawatir sekali anaknya tidak ada yang mau. Padahal anaknya cantik ini, yang ngantri banyak lah” komentar Nur Aliyah Irsal.

Halah Nur..Nur, kamu sendiri piye, ayahmu juga sangat khawatir toh. Si Nur ini MoU dengan ayahnya adalah : dimana walinya berdiri disitulah perempuan boleh berada. Maka jadi lah Nur kuliah dimana ayahnya sendiri yang menjadi dosennya.

Kembali dulu ke topik 22. Kemudaan gak 22? Gak lah, buktinya ibuku.

Hadeuh..membayangkan usia 22… ah tenang tenang! Usiaku akan 22 baru pada akhir tahun 2013 itu berarti aku masih punya 2 tahun lagi untuk mencari :D . atau mungkin perlu pasang iklan ya??? *tuing tuing pikiran bodoh.

Kakakku sekarang telah berusia 22. Libur lebaran kemarin saat ayahku kembali memberikan petuah-petuahnya seputar pernikahan & mulai menggoda kami tentang usia 22, kakakku berkata:

“Yah, kalo 22 tahun aku belum bisa. Mungkin beberapa tahun lagi. Kalo bisa aku ingin nikahnya nunggu Ade sudah lebih besar dulu, lebih bagus lagi kalo Ade sudah SMP dan pas juga lah saat itu Nita & Fajar sudah kuliah”

Hoho.. kakakku bijak dan diplomatis sekali memilih kata (alasan maksudnya).

Dan ayahku menjawab begini :

“Iya… gak mesti 22. Jangan pula maksa jadinya sembrono memilih pasangan. Ayah cuma mau nanti jangan ketuaan. Jangan sampai diduluin sama adek-adekmu. Iya pikirkanlah dulu wisuda habis itu kerja, paling gak kamu bisa menikmati gajimu untukmu sendiri selama setahun dulu baru kemudian menikah”

Ntahlah, apa nanti pada tahun 2013 aku juga harus say sorry gitu ke ayahku. Sebenarnya pingin juga sih 2013 udah bisa nikah. Selain karena dari kecil sudah dipaclokin tentang usia 22 ya aku gak mau kalah dong sama ibuku :p hhe. Tapi bukan itu alasannya kok, alasannya karena pada tahun 2013 ada tanggal cantik 11-12-13 (sayangnya bukan hari jumat sih), nah kalo sudah tahun 2014 dan setelahnya sudah susah cari nomer cantik. Sebenarnya lebih cantik lagi 12-12-12 tapi sayang aku punya banyak pertimbangan kenapa tidak mengincar tanggal itu selain emang karena calonnya belum ada…hehehe…

Gak, bukan. Alasannya bukan juga karena nomer cantik ato gak.  Alasanku simple, yakni lebih tepatnya karena aku ingin nanti memiliki anak yang banyak tapi aku gak mau lagi punya anak diatas usia 30 tahun, gituuu looh so harus cepat cepat merit kan?

Halah alasan aja yak. Ya tapi gak salah toh hadits Rasulullah SAW mengatakan:

Jika seseorang telah menikah, dia telah melengkapi separuh agamanya. Hendaklah dia bertakwa kepada Allah dalam separuhnya lagi (HR Al-Baihaqi dan Al-Hakim)

O iya, katanya;  ayah adalah orang yang akan paling cemburu jika anak perempuannya menikah. Aku jadi mikir kalo kayak ayahku gini apa iya nanti dia bakal cemburu??? Hmm…

Selain meminta kami menikah diusia muda, ayah juga menetapkan hal-hal yang harus diperhatikan dalam memilih pasangan. Pesan ayah:

“nanti kalo memilih pasangan biarlah yang ganteng saja asal dia seiman. Biarlah juga yang berpendidikan asal dia seiman. Janganlah berusaha mencari yang beda agama, tidak punya ilmu dan kecukupan, kurang enak dilihat pula. Seenggaknya saat kalian menghadiri kondangan nanti kalian dipandang orang tidak ‘templak’ ya kayak ayah sama ibu lah yang serasi di lihat orang” gitu katanya.

Gila udah mikirinnya keserasian pas diliat orang saat menghadiri kondangan aja, kan harusnya memperhatikan serasi gak nya pas jadi manten dulu.

Ada dua batasan utama yang tidak boleh dilanggar dalam memilih pasangan yang ayah pesankan:

1.      Tidak boleh beda keyakinan

2.      Tidak boleh merebut dari perempuan lain

Ada kasus kerabat jauh ketika libur kemarin sehingga memancing ayah berpesan “nah ingat itu umi! Jangan bener nanti kamu merebut suami orang! Merebut pacar orang saja bakal dapat balasannya!”

Krik krik.. aku yang kena semprot deh, pas pulalah saat itu kakak dan adek perempuanku tidak dirumah. Ya sendirianlah aku menerima petuah itu.

Kepada temanku Rima Zuriah Amdani ku ceritakan bagaimana ayah menggemblengku tentang pernikahan. Rima berkomentar:

“udah kayak anak Kiyai aja kamu mi dinasehat-nasehatin tentang nikahan gitu”

Aku pernah bilang ke ayahku begini saat dia mulai lagi mensehatiku:

“yasudah.. nanti ayah saja yang mencarikan untukku ya”

Apa jawaban ayahku? “kamu sudah ayah ijinkan pergi pergi ke Surabaya, bogor, bandung, jogja, bahkan nyebrang pulau sampai ke Sulawesi pun pernah. Masa masih juga harus ayah yang mencarikan. Tinggal dirumah saja kalau begitu”.

Aku yakin kalo ayahku yang mencarikan dia bakal lebih pemilih ketimbang aku. Dia pasti ingin yang terbaik untukku.  Percaya aja aku sama pilihannya, sayang dia gak mau milihin.

Kalau untuk urusan cita-cita, permintaan ayah gak muluk-muluk, dia hanya ingin anak perempuannya bekerja di dalam kantor. Saat aku menerima kontrak sebuah bank mungkin ayah adalah orang yang paling senang karena dia lega anaknya tidak harus kerja lapangan dibawah terik matahari. Pernah aku menawarkan bagaimana kalo aku tidak usah kerja nanti, biar ku cari suami yang kaya saja, soalnya aku tidak suka waktuku diatur-atur karena bagiku ‘aku yang mengatur waktu bukan waktu yang mengatur aku’. Tapi dengan tegas ayah melarangku “jangan pernah berpikir seperti itu, mau bagaimanapun taraf ekonomi suamimu nanti kamu tetap harus mempersiapkan kalau kamu kehilangannya”. Belum juga punya udah disuruh mempersiapkan kalo kehilangan,ckck.

Aku sangat sayang ayah. Tapi mungkin rasa sayangku tidak seberapa dibanding sayangnya dia ke aku. Seorang yang bisa memprediksi dengan tepat keputusan apa yang akan diambil orang lain merupakan seorang yang sangat memperhatikan orang tadi bukan? Begitulah ayahku. Dia sangat memperhatikanku. dia bisa dengan jitu mengira-ngira keputusan apa-apa yang akan ku ambil. Pernah saat kakakku mengeluhkan dosen pembimbing TA nya yang mempersulit dia “belagunya jadi lulusan UGM. jangan-jangan kalo umi jadi dosen nanti dia bakal mempersulit mahasiswa juga, pembawaan tu dosen mirip dengan dia, belagak sombongnya!” hahaha,

kata ayah “iya emang belagak-belagaknya  mungkin mirip, tapi kalo umi nanti jadi dosen ayah yakin gak akan dia mempersulit, apalagi kalo mahasiswanya bilang bu saya perantauan kasihan orang tua saya disana kalau saya telat lulusnya,orang tua jauh di kampung. Bisa bisa dengar gitu tanpa dibaca pun langsung dia tanda tangan”

Terharu aku dengarnya, melting aku sama ayahku. Padahal beberapa kali aku dimarahinya karena aku dianggapnya terlalu egois dan sombong.

Saat aku berangkat pertama kali ke jogja dulu ayah berpesan “kalau ada cowok yang ngajakin kenalan kamu jangan sombong tapi jangan pula murahan”. Hmm.. kayaknya ayahku tertarik banget ya sama hubunganku dengan lawan jenis. Maklum juga sih kalo diinget-inget cemas dia kali liat anaknya berkutat mulu depan buku, padahal aku lumayan ganjen koq ya :p sampai ada temen yang ngatain aku playgirl coba.

Eh ngomong berkutat tentang buku, emang sih kayaknya dulu aku kutu buku banget. Buktinya smpe dapet medali OSN *pamer.  Ya mungkin juga sih kayak katanya si vika, aku telat pubernya kali. Saat masa-masa SMA yang orang pingin gini pingin gitu, cobain ini cobain itu, seingetku saat SMA aku maunya Cuma olimpiade & monbusho, ya begitulah *sok-sokan. Maka jadi lah saat kuliahnya mulai deh sedikit pusing mengikuti alunan ritme tentang bagaimana sih suka-sukaan itu? hihihiiiiy *jadi malu. Hmm.. pernah sih naksir orang sekali pas SMA, kagumnya smpe sekarang lagi. Dan itu sangat bisa dimaklumi. Tapi aku lebih mengharapkan jika itu adalah suatu yang tidak logis. Semogalah suatu hari nanti aku bisa menemukan perasaan yang tidak mampu dilogika itu. karena aku berharap bersama orang yang kucintai bukan sekedar yang aku sukai.

Jika ibu & ayahku mulai adu pendapat biasanya aku memilih berkoalisi dengan ayah. sorry ya bu, tapi gimana lagi emang pendapat ayah lebih sesuai sama aku. Ayahku adalah orang yang realistis. Dia memintaku jangan terlalu idealis padahal menurut penilaianku ayah sendiri adalah seorang yang idealis. Ya, dia seorang yang idealis dan realistis bagiku. Ayah tidak akan banyak bicara jika tidak diminta. Ayah akan memperhatikan karakter seseorang sebelum memulai pembicaraan dengannya. Ayah tidak akan melebihkan sesuatu. Ayahku orang yang jujur. Ayah konsisten dengan keputusannya. Dan satu yang terpenting  ayahku sangat ja’im (LOL) harga dirinya tinggi sekali. Aku suka kepribadian dan pembawaan ayahku namun dari dulu aku tidak berkeinginan untuk punya suami seperti ayahku dan aku juga tidak ingin nanti menjadi isteri seperti ibuku. Kenapa? hehe J.

Disini aku bisa berkoar-koar bilang sayang pada ayah. Tapi tidak bisa didepannya. Karena dalam keluargaku mengungkapkan kata-kata kasih sayang dan kata-kata maaf saat melakukan kesalahan adalah hal yang tidak biasa, jarang, mungkin Cuma saat lebaran. kami tidak diajarkan kata-kata itu. kasih sayang itu diungkapkan dengan tindakan, dan maaf diungkapkan dengan tidak mengulangi kesalahan lagi, bukan lewat kata-kata. Aku sendiri sanksi apa pernah ayahku bilang kata-kata cinta pada ibuku, ya kata-kata sacral gitu maksudku I love you kek, aku cinta kamu kek, apalah (kayaknya pernah lah ya 24 tahun hidup bersama ini juga). Lah soalnya gini, ayah & ibuku itu menikah ceritanya ayah sudah lama ngincar ibu, kemudian dia datang kerumah kakek ngajak ibuku menikah dan ibu main terima aja, ckck. Eh iya, ayahku saat menikah dengan ibuku terpaut usia 8 tahun. Bisa dibilang telat saat itu dengan usia 30 tahun. Sebelum bertemu ibu, ayah lumayan banyak menuai kisah dengan yang lain, ibuku juga sama sih. Ayah bilang alasannya sampai telat menikah itu karena memang menunggu ibu *ngeles. Sebab bagi ayah penikahan itu hanya sekali seumur hidup, jadi jangan sampai salah memilih. Dia yakin bahwa ibuku adalah jodohnya. Aku sendiri bingung  kenapa ibuku mau. Sudah terpaut usia jauh, belum gitu ayahku saat muda itu tampangnya biasa aja, suer deh, aku aja kecewa liat foto pernikahan mereka, ayahku tuh dulu udah kurus, item, rambutnya jadul banget lagi. Tapi pas udah nikah sama ibuku dia jadi cakepan, putih, berisi, rapi, keren lagi.. eh serius ini bukan Cuma aku yang bilang loh, adek sama kakakku juga bilang gitu, nenekku juga bilang gitu, om-tanteku juga bilang gitu, dan ibuku sendiri pun bilang begitu.

Aku sangat ingin bisa bilang “ibu.. ayah.. aku sayang kalian” depan mereka, tapi susah, gak bisa, keluarga kami tidak mengenal kata-kata itu. Itulah satu-satunya hal yang aku impikan ada dikeluargaku.

Oh iya, penting ini kalau membicarakan ayahku. Ayah adalah simpatisan tulen Muhammadiyah. Tapi dia tidak bermuhammadiyah. Yang jelas ayah akan mendukung kebijakan Muhammadiyah karena Muhammadiyah telah berjasa besar baginya. Kakekku dulu mengenyam pendidikan di Mu’alimin , sekolah Muhammadiyah untuk laki-laki. Dan kisahnya kakek buyutku meninggal saat mencari nira untuk biaya sekolah kakekku itu. jadi lah pendidikan dan  Muhammadiyah menempati posisi tersendiri dihati ayahku.

Ayah dulu mengambil sastra sosial, jadi dia suka menggunakan kata-kata tersirat daripada tersurat. Ada kata-kata ayah yang membuatku bingung saat libur lebaran kemarin : “umi, kalo dengan nita ayah merasa kembali muda, tapi melihatmu membuat ayah tidak merasa bertambah tua dan juga tidak kembali muda”

Wuih postingan ini lumayan panjang ya…. Segini pun sebenernya aku belum puas nulisnya tapi ntar kasihan kalian yang baca kalo semakin diperpanjang. Kalo tertarik sama ayahku lebih lanjutnya bisa tanyakan langsung sama aku apalagi kalo tertarik jadi menantunya :p *ini sekalian promosi menjelang usia 22 nih. haha bego’ kayak apaan aja ya.  Gak lah, gak bisa bercanda untuk urusan itu…

Gapapa lah ya sedikit banyak ulas pernikahan disini, udah mau menginjak usia kepala 2 ini juga. Habisnya, kemaren-kemaren aku banyak menyaksikan pernikahan, teman-temanku juga mulai membahas soal pernikahan, dan kakakku sendiri bilang “gini nih, posisi seperti aku ini yang merupakan titik usia tergalau. Wisuda belum tentu tanggal, kerja belum nemu jalan, jodoh belum muncul bayangan” hahaha…..

Enjoy our life aja lah… nikmatin proses-proses dalam hidup. Kita tidak akan pernah tahu sampai Tuhan memberi tahu.  Eh iya, aku masih homesick looh L

Ayah… tidak ada yang boleh menginjak kehormatan namamu. Akan ku jaga tinggi namamu dengan tanganku. Aku akan berusaha tidak akan mengecewakanmu. Karena aku ingin kau bangga memiliki anak sepertiku. Walau itu berarti nyawaku untuk namamu.



blog comments powered by Disqus
tinggalkan komentar yaaa ^_^




Make a free website with Yola