hidupku sempurna, segala puji bagiMu yaa Allah

Posted by praftiwi on Saturday, September 22, 2012

Tak pernah kurang nikmat Allah untukku. Satu contoh yang begitu aku banggakan, aku mendapat medali penghargaan nasional, kemudian undangan kuliah dari berapa universitas diberikan. Untuk masuk UGM soal ujian dikirimkan dan pengerjaannya di rumah. Awal kuliah 3 instansi menawarkan beasiswa. Semester awal perjanjian kerja dengan salah satu instansi tersebut ditandatangani. Semester 6 semua kuliah selesai dan bahkan bersama pembimbing aku 'merencanakan' menyelesaikan tugas akhir November ini juga. Kenapa contoh tersebut? Karena berikut ingin aku ceritakan apa yang aku alami beberapa tempo lalu, secara fisikly aku terlihat tidak apa-apa namun yang terjadi berhubungan dengan neurologi.

Entah bagaimana aku mensyukuri nikmat nikmat Allah selama ini.

15 Agustus 2012 lalu aku mengalamai sebuah kecelakaan maut. Mungkin itu ujian, cobaan, teguran, atau peringatan dari Allah.

Satu yang aku percaya, Allah memperhatikanku dan aku tidak mungkin menghadapinya jika tidak kuat.

Sampai saat ini aku tidak mengingat juga kejadian tersebut. Hanya mendengar saja cerita dari teman-teman yang melihat langsung kejadiannya, padahal aku tidak pingsan.

Buatku runtut kejadiannya memang telah scenario Allah. Allah benar-benar Maha pelindung dan aku seperti telah dipersiapkan untuk mengalaminya.

15 agustus pagi hari, teman-teman KKNku sebagian besar pergi ke lapangan dekat telaga untuk melihat embun yang menjadi es, aku memutuskan tidak pergi demi merapikan isi koperku serapi-rapinya. Dompet, tas, dan lain sebagainya aku masukan dalam koper. Hari itu aku mengenakan baju 4 lapis: kaos lengan panjang, batik lengan panjang, jas almamater, dan jaket (demikianlah akhirnya badanku terlindungi dalam peristiwa tersebut). Biasanya aku menaruh HP di saku celana, kali itu di saku almamater.

Saat hendak naik kendaraan aku membawa tas laptopku yang bukan ransel. Oleh Ade aku dikomentari "repot di jalan nanti bawa laptop gitu, titip sama yang naik mobil". Akhirnya aku titipkan laptopku pada Aya. Sempatnya Ade bilang begitu padahal dia dan Rima yang diboncengnya kedua-duanya menyandang laptop. Tapi dengan begitu laptopku terselamatkan.

Salah  satu perlindungan perjalanan kendaraan bermotor adalah helm. Aku ingin menceritakan tentang  helm yang aku kenakan waktu itu. Aku pernah berkata tidak ingin beli helm hingga kuliah berakhir  :p jadi untuk KKN ini aku pinjam helm dari Kamal. Ketika KKN suatu hari aku berbelanja ke pasar bersama Kamal. Saat itu Kamal mengatakan bahwa helm yang dia pinjamkan dari teman sekosannya itu sebenarnya salah ambil, sepertinya dia mengambilkan yang lebih baik dari yang dipinjamkan.

Beberapa hari sebelum hari kejadian aku merasa aneh “tumben telat”, sudah tanggalnya aku belum juga dapet. Hingga berapa menit sebelum perjalanan pulang ke jogja tersebut akhirnya datang juga dan aku memecahkan puasa. Sehingga menstruasi tersebut selesai pas disaat aku sudah bisa duduk dan sadar total. Perhitungan waktunya tepat untuk kemampuan melaksanakan ibadah shalat. Maaf buat teman-teman yang kerepotan karnanya dan maaf juga bagi yang tidak enak membaca ini.

Kejadiannya berdasarkan cerita teman-teman terjadi di jalan turunan dan kecepatan motor yang aku tumpangi  adalah 70 km/jam. Tubuhku terpental dan jatuh ke atas tumpukan kayu bakar di pinggir jalan. Buah jambu jika dilempar dengan kecepatan segitu pasti sudah pecah. Helm yang  aku kenakan waktu itu pun retak dibuatnya. Tapi demikian telah Allah siapkan kayu bakar, apalah jadinya jika aku terpental dan jatuh ke aspal.

Setelah terpental dan jatuh, telah aku sebutkan bahwa aku tidak pingsan. Oleh teman-teman dan dosen pembimbing kami segera dilarikan ke puskesmas terdekat kemudian sardjito. Kata temanku di dalam ambulan aku memanggil ibuku, ayahku, adekku yang paling kecil, serta beberapa kali mengucap menyebut nama Allah. Aku tersenyum mendengarnya, masih ada iman dalam hatiku.

Sesampai di Sardjito teman-teman langsung menghubungi jurusan. Bapak ketua jurusan, pak nazrul, dan bu ita turun langsung ke sardjito sore itu juga. Teman-teman jurusan  yang masih berada di jogja pun beberapa langsung berdatangan menuju Sardjito.

Kata budeku di Sardjito waktu itu mukaku berlumuran darah, begitu miris melihat kondisinya. Kata rima, tanpa meminta ijin dari yang menjagai dokter-dokter muda disana langsung menjahit lutut kananku.

Karna hingga malam pelayanan tidak begitu efektif akhirnya kami dipindahkan. Terlebih lagi buat Agra, mereka baru bisa mengoperasi tangannya tanggal 20an.

Terimakasih buat Ade yang menyarankan dan mengurus secepatnya pemindahan kami ke panti rapih.

Di panti rapih mukaku langsung dibersihkan, dan darah tersebut ternyata bukan karena adanya luka dari muka. Selain impus aku juga dipasangi selang oksigen. Di panti rapih  pun besoknya Agra langsung segera dioperasi.

Seminggu pasca kecelakaan aku terjaga namun kondisi sebenarnya adalah setengah sadar. Seminggu pertama tersebut aku bisa merespon tapi apa yang terucapkan seperti tidak terpikirkan lagi. Berdasarkan cerita dari teman-teman sehari setelah kejadian tersebut aku seperti  orang ngidam minta banyak sekali makanan. Dan oleh mereka semua itu dipenuhi , mereka pun menyuapiku. Dan olehku semua itu juga dimakan tapi sedikit-sedikit. Kata mereka aku juga tidak lupa meminta barang titipanku: bantal di fera, laptop di Aya, dan tidak lupa pula menanyakan kondisi bibit mawar yang aku bawa dari Dieng. Katanya aku sempat pula ngigau meminta laporan. Aku juga dipijitin oleh mereka dan katanya dipijitin pun aku masih sempat ngomel “ga bisa keras dikit apa mijitinnya, pusing”. Bahkan katanya, ayahku sekalipun sempat aku katain cerewet  gara-gara ayah meminta aku minum obat.

Dan walaupun terjaga namun memori yang dapat aku ingat selama seminggu itu sangat sedikit. Diantara yang aku ingat yakni; Puji karna dia bercerita tentang sesuatu, hehe. Shinta karna dia mengenalkan tunangannya. Dewa karna dia membahas komik miiko ke aku. Ade, aku ingat dia bilang “penerbanganku akhirnya diundur 3 hari mi”. Agha, aku ingat karna sempatnya dia sedikit menggombal. Sepertinya yang sanggup aku ingat jika kata-kata tersebut berkesan buatku. Selain mereka aku juga mengingat ponakan yang menyalami tanganku, om Ami yang berdiri dekat pintu, serta sukma, karena waktu itu seolah aku mengamati ekspresi mereka. Harus ada alasan agar aku sanggup teringat.

Ketika telah merasa sadar sepenuhnya dan menyadari baru habis kecelakaan,  aku langsung meminta cermin ke kakakku. Aku memperhatikan seluruh tubuhku dan melihat jahitan di atas lututku, “aku ikhlas yaa Allah”. Aku merasakan gigi depanku ngilu sekali, rupanya hentakan helm sempat membuat daguku mengalami memar. Rasanya ingin nangis bersyukur tidak ada gigi yang terlepas, namun satu gigi seri kanan atas dekat taring terkikis mahkotanya sekitar 1 cm2.

Menyadari tubuhmu begitu lemah, duduk pun tak mampu, mandi saja diurusi oleh perawat & jangan tanya yang lebih dari itu. Tersadar dirimu dikelilingi orang-orang, tanpa mengenakan jilbab, lengan terbuka, ga punya  daya mengurus diri sendiri. Tentu pikiran bahwa posisi yang kau hadapi itu cukup crusial itu ada. Maka dalam hati aku berdoa “yaa Allah tolong jangan dulu Kau ambil nyawaku. Hutang puasaku masih banyak, aku ingin membayarnya”. Itulah yang terpikirkan ketika kondisi demikian, bukan lagi cita-cita atau mimpi, demikianlah bukan dunia yang menjadi harapan.

Setelah diperbolehkan menggunakan handphone aku membaca sms di inboxku. Beberapa membuatku terkaget karena kondisinya aku tidak mengetahui apa yang terjadi. Yang aku tau hanyalah aku baru habis mengalami kecelakaan dan sekarang berada di RS. Agra yang membonceng tangannya dioperasi. Dan yang tertabrak telah dipanggil oleh Allah.

Dari mas Adi aku mengetahui bahwa jarkom yang menyebar adalah aku mengalami pendarahan. Dari Ian informasi yang dia terima aku mengalami pembengkakan otak. Dari Rima kudengar kabar saat kecelakaan telingaku berdarah. Tentu saja aku menjadi bingung, takut, dan bertanya dibuatnya. Lalu aku teringat kata dokter “tidak masalah, tengkoraknya pun juga tidak apa-apa” maka menjadi sedikit tenang .

Sekeluarnya  dari RS ku ceritakan pada temanku Anggi yang menempuh pendidikan di kedokteran UI  apa yang aku alami dan rasakan. Dari obrolan bersamanya lah yang menggerakan aku untuk membaca langsung hasil ctscan. Aku menjalani ctscan whole body sebanyak 2x, pada awal masuk rumah sakit dan seminggu sesudahnya.

Rupanya  ctscan awal memang menunjukan diffuse oedema ringan di kepala atau bahasa kesehariannya pendarahan ringan. Dan terdapat cairan yang membenjol serta tidak ada permasalahan pada tulang.

Alhamdulillah yang menanganiku adalah seorang ahli saraf, bapak P Sudiharto. Cara beliau menjelaskan dan menjawab sangat profesional dan menenangkan. Sebelum penangananku diserahkan  ke beliau ada dokter umum yang menangani dan olehnya disebutkan cairan tersebut harus disedot. Ketika penanganan telah diserahkan ke dokter Sudiharto, beliau menyatakan “tidak perlu, kita perhatikan dulu selama 3 hari”

Berhari-hari aku disuntik sebanyak 5 suntikan. Kata perawatnya itu adalah vitamin untuk ke otak. Suply oksigen ke otak pun  tidak boleh terganggu ataupun kekurangan karna pembagian oksigen ke sistem pencernaan, makanya walau tidak mengalami sesak aku dipasangi selang oksigen. Demikian penanganan yang diberikan. 3 hari sesuai prediksi benjolan tersebut mengempes.

Pada hasil ctscan akhir dijelaskan bahwa cairan yang dalam bahasa medisnya hydochepal tersebut sudah tidak lagi ada, serta pendarahan juga telah sembuh karna luka tersebut adalah luka luar di kulit kepala dan tidak perlu mengalami jahitan. Tetesan darah dari luka inilah yang waktu itu melumuri mukaku hingga masuk-masuk ke dalam telinga. Pada dokter Sudiharto aku tanyakan mengenai perkataan rima yang melihat ada darah dari telingaku itu, pak dokter pun menjawab “tidak ada, darah tersebut bukan berasal dari dalam telinga. Bagaimana dengan pendengaran anda?”

Namun pada ctscan akhir ini terjadi subdural hygroma tipis pada daerah penghubung ke memori atau mungkin bisa dibilang amnesia ringan. Pada saat kontrol aku tanyakan ini ke pak dokter, dijawabnya bahwa itu akan sembuh dengan sendirinya, oleh sebabnya aku diberi obat-obat penambah darah.

Selain aku tidak mengingat kecelakaan yang terjadi dan hanya mengingat sedikit memori sesudahnya, aku sempat mengalami seperti ini:

Waktu itu mas bean dan mbak novi datang menjenguk. Aku berusaha mengingat nama mbak novi namun tidak teringat juga. Hingga setelah mereka pulang aku tanyakan ke tukah “tuk, mbak itu siapa ya namanya”.

Demikian juga ke cakil, pernah waktu di RS kami membahas tentang dosen-dosen. Aku bertanya ke cakil siapa ketua jurusan. Aku juga bertanya “Pak Tumiran itu siapa ya kil?”

Awal keluar rumah sakit aku merasakan sedikit masalah dalam memanggil ingatan tentang beberapa nama  dan istilah atau kata.

Kepada ibuku aku tanyakan apa nama kue itu yang disukai ayah.

Sebelum pulang ke Bengkulu aku dan rima memenuhi kewajiban presentasi KP ke Pak Gea. Saat itu sempat aku ingin menyebutkan istilah konversi namun tidak berhasil memanggil kata “konversi” tersebut.

Aku juga coba mengingat-ingat kosakata perancisku. Awalnya aku mencoba memanggil 20 kata yang pada passe compose didahului oleh etre, dan aku hanya berhasil memanggil 1 kata. Ternyata parahnya lagi aku lupa bahasa perancisnya ‘aku’, hingga aku teringat bahasa perancisnya ‘aku cinta kamu’ = je t’aime barulah aku mengingat bahasa perancisnya ‘aku’=je. Untung tidak demikian untuk bahasa Inggris.

Trauma juga pasti membekas. Sekeluar dari RS dalam mobil kupegang tangan ibuku saat melihat jalanan. Ketika hendak menuju bandara dalam mobil kulihat orang yang ingin menyebrang aku langsung menutup mata. Awal tiba di Bengkulu ketika hujan terdengar petir kagetku lebih dari biasa. Ketika di jalan mendengar bunyi klakson tanganku langsung aku letakan di atas dada. Ketika melihat kendaraan melaju cepat aku langsung memalingkan mata.

Aku mencoba membiasakan diri dengan setiap pagi memperhatikan kendaraan yang melaju di jalan dekat rumah. Aku juga coba menguatkan diri dengan mengingat  pernah dibonceng Ade dengan kecepatan menyentuh 110 km/jam saat remediasi sewaktu KKN. Dan  yang paling membuat aku terbiasa adalah memperhatikan adekku Fajar dengan motornya. Alhamdulillah  ketakutan terhadap jalanan tersebut sekarang sudah tidak apa-apa.

Tapi dari hal-hal diatas walau tidak ingat peristiwa kecelakaannya namun aku bisa memprediksi apa yang terjadi: motor melaju dengan kecepatan tinggi, kemudian ada orang yang tiba-tiba menyebrang, lalu Agra mengklakson, kecelakaan terjadi dan terdengar bunyi dentuman tabrakan serta jatuhnya motor.

Banyak hal yang aku pelajari dari kejadian ini; makna hidup, tentang waktu, cara berpikir, pertemanan, kasih & sayang. Dari sini aku melihat jelas  wujud perhatian dan kasih dari orang-orang disekitarku. Dari sini aku melihat teman-teman yang rela membuang waktu & materinya. Dari sini aku melihat orang-orang yang matanya tulus memancarkan kesedihan atas yang ditimpakan tersebut sekalipun ditutup-tutupi. Dari sini aku belajar bahwa kata-kata itu bermakna. Dari sini aku mengetahui yang terpenting itu doa dan cinta dari Allah.

Semua perhatian dan kasih yang kuterima itu adalah perwujudan cinta dari Allah. Tak kurang sedikit pun apa yang kubutuhkan saat itu. Ya, semuanya hanya mewujudkan cinta dari sang Pencipta. Aku merasakan betapa besar cinta dari Allah dan kepadaNya lah tempat terakhir  mengeluhkan semua rasa dan sakit yang dialami. Ketika mulut begitu lemah untuk berkata, hanya kepadaNya lah dapat mengutarakan sepuasnya. Dan Dia lah yang mengetahui segalanya. Allah tidak akan menyia-nyiakan hambanya. Hidup akan tetap sempurna selama Allah dihati.

Terimakasih yang sebesar-besarnya buat Rima, Ade, Tukah, Cakil (Harjuna), Azka, mas Enggar, mas Tegar, teman-teman KKN unit 113, teman-teman JTF, serta semua yang telah memberikan doa dan supportnya.

Cepat membaik juga buat Agra, makasih udah bersedia boncengin.

Untuk almarhum semoga diberikan tempat sebaik-baiknya disisi Allah dan balasan yang terbaik di alam sana. dibukakan nikmat yang seluas-luasnya bagi keluarganya yang ikhlas ditinggalkan.

Semoga postingan ini tidak cukup riskan untukku.

“percayakan kepada Allah tawakkala ‘alallah – bahwa kita akan menemukan cahaya baru setelah melampau kegelapan yang panjang dan menyeramkan”  (kakekku Mahyuddin Usman dalam bukunya Pesona Cinta dari Kota Cahaya)



blog comments powered by Disqus
tinggalkan komentar yaaa ^_^




Make a free website with Yola